Lompat ke isi utama

Berita

Tadarus pengawasan hari pertama ungkap infeksi pilkada dan melemahnya kekuatan sipil

Tadarus pengawasan hari pertama ungkap infeksi pilkada dan melemahnya kekuatan sipil

Malang-Bawaslu Kab Malang. Tadarus pengawasan pemilu pertama berlangsung pada hari ini, jam 14.00-16.00 di akun Yutube Humas Bawaslu RI. di Acara yang digagas Bawaslu RI merupakan bentuk kreatifitas bawaslu menjalani bulan ramadan di tengah pandemi.

Di Hari pertama ini menghadirkan Toto Sugiharto dari Exposite Strategic dan Kaka Suminta dari Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP).

Toto Sugiharto dari Exposite Strategic yang mengisi tadarus hari ini memaparkan terdapat lima hal mematikan yang menginfeksi Pilkada. Yakni, mekanisme penentuan calon yang oligarkis, pilkada yang tersandera dengan uang, integritas yang terpinggirkan, arena mementingkan diri sendiri dan menipu rakyat, hingga kualitas penyelenggara yang belum maksimal.

Toto menyoroti betul tentang sejumlah infeksi yang akan mematikan Pilkada. Baginya, Pilkada yang tersandera dengan politik uang akan menginfeksi dan merusak mentalitas masyarakat. Ia juga menilai, kontestasi politik dalam Pilkada menjadi arena untuk diri sendiri dengan menipu terhadap rakyat.

Peran Bawaslu untuk memberikan penyadaran terhadap partai politik agar penentuan calon dari partai dilakukan secara demokratis, lalu memperketat pengawasan aliran uang sehingga menutup celah adanya politik uang, terus meningkatkan integritas dan mengoptimalkan kinerja penyelenggara pemilu pungkas Beliau dalam tadarus online ini.

Sedangkan Kaka Suminta membahas tentang lemahnya kekuatan sipil untuk mengawal demokrasi dikarenakan tidak adanya regenerasi. Kelompok kekuatan sipil yang pada awalnya ada diluar pemerintahan, ternyata pasca reformasi banyak yang masuk ke dalam sistem pemerintahan. Sehingga berakibat pada mulai melemahnya kekuatan sipil.

Kaka yang saat itu meyoroti tentang peran serta masyarakat dalam mengawal demokrasi menilai kekuatan sipil penting untuk keseimbangan sistem politik agar sistem demokrasi tidak dikuasai oleh oligarki.

“Ditengah pandemi adalah momentum untuk bersatu sebagai bangsa. Saatnya kita bekerja bersama untuk kepentingan demokrasi”, terangnya.